Friday, 26 June 2015

Gamelan Jegog


Gamelan Jegog, kesenian Jembrana Bali ini dalam sejarahnya diciptakan oleh seniman yang bernama Kiyang Geliduh dari Dusun Sebuah Desa Dangin Tukad Aya pada tahun 1912, demikian dikutip dari artikel blog Gambelan Jegog Kesenian Khas Kabupaten Jembrana, Bali.

Dalam artikel Jegog (Bali) | Budaya, disebutkan bahwa bahan gambelan ini terbuat dari bambu, biasanya dari tiing betung, tetapi ukurannya besar-besar. Di antara gambelan-gambelan Bali yang terbuat dari bambu, maka jegog inilah yang mempunyai ukuran paling besar, terutama bagian instrumennya yang disebut jegogan.

Gambelan ini disamping hanya dinikmati tabuh atau lagunya, juga berfungsi mengiringi tari khas daerah Jembana yang juga bernama Tari Jegog. Gerak-gerik tarinya banyak diangkat dari pencak silat. Tetapi akhir-akhir ini banyak dimasukkan tabuh-tabuh gong Kebyar untuk mengiringi tari kekebyaran.

Selain dari bentuk gambelannya yang lebih besar, hal lain yang membedakannya dari gerantang adalah posisi penabuh waktu memukulnya. Jika gerantang dipukul dalam posisi penabuh bersila, gambelan jegog dipukul sambil duduk di atas kursi karena ukuran selawahnya tinggi. Malahan yang betul-betul memberikan ciri khas cara menabuhnya adalah cara memukul instrumennya yang berukuran terbesar, yaitu jegogannya. Penabuhnya dua orang dengan jongkok bertengger di atas selawah bagian belakangnya.

Seorang memukul di sebelah kiri di daerah yang bilahannya bernada rendah dan seorang lagi di sebelah kanan yang bilahannya bernada tinggi. Masing-masing membawa panggul besar seperti pemukul gong yang karena berat dan besarnya digenggam dengan kedua tangannya. Sedang seorang yang di sebelah kiri memukul dengan cara “polos” dan yang di sebelah kanan dengan cara “sangsih”. Untuk instrumen yang lain seperti undir, penyacah, dan kantil sama seperti gerantang masing-masing oleh seorang penabuh.

0 comments:

Post a Comment